KEUNIKAN BUDAYA

20.01 0 Comments »
            Masyarakat Toraja yang berpenduduk sekitar 400.000 orang merupakan satu kelompok etnis kecil di Sulawesi Selatan. Masyarakat Toraja mendiami daerah pegunungan sebelah utara Provinsi Sulawesi Selatan. Toraja menjadi salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia karena budayanya yang unik.
            Kebanyakan orang berpendapat bahwa keunikan budaya Toraja terletak pada upacara kematian. Pendapat ini kurang tepat karena upacara kematian dengan tingkat elaborasi yang tinggi ada di mana-mana, misalnya upacara pemakaman  Pak Harto, atau upacara pemakaman di Bali dan Sumbawa.
            Keunikan budaya Toraja sebenarnya terletak  pada kepercayaan dan praktik-praktik budaya yang memperlakukan orang mati hidup atau tidak mati. Dan ini hanya ada dan terjadi di Toraja.
          Orang Toraja memiliki satu system kepercayaan yang disebut Alukta. Alukta adalah agama asli orang Toraja yang diturun temurunkan dari nenek moyang. Dari keseluruhan penduduk Toraja, hanya sekitar 5% yang masih memeluk agama ini. Mereka hidup tersebar di beberapa tempat di Toraja tetapi pada dasarnya kebanyakan berdiam di sebelah barat Toraja yaitu di daerah Simbuang. Walaupun pemeluknya semakin menurun, budaya ini masih dipraktekkan pemeluk-pemeluk agama Katolik, Protestan, dan Islam. Pandangan-pandangan yang pada dasarnya berasal dari Alukta dirasionalisasi lewat kerangka pikir perbedaan antara agama dan adat. Dengan kata lain pemeluk-pemeluk agama lain menerima adat tetapi memperbaharui aspek religiusnya karena dianggap menyembah berhala.
          Agama Alukta ini sering disebut Aluk Todolo untuk menggambarkan bahwa agama ini asi ciptaan leluhur orang Toraja. Disadari atau tidak, satu pandangan yang masih dianut dan dipraktekkan oleh hampir seluruh masyarakat Toraja ialah pandangan tentang kehidupan yang berputar (cycle). Manusia berasal dari langit, turun ke bumi – kehidupan di bumi – dan kembali lagi ke langit setelah melalui transformasi. Pandangan ini tampak dalam semua aspek budaya Toraja. Misalnya, dalam lagu-lagu duka (badong) narasi bergerak dalam tema ini : manusia lahir di langit, turun ke bumi dan kembali lagi ke langit.